Sa’i: Ritual Penuh Makna dalam Ibadah Haji dan Umrah

Biroumrohhaji.id – Sai adalah salah satu rukun dalam ibadah haji dan umrah yang melibatkan perjalanan berulang-alik antara dua bukit kecil, yaitu Shafa dan Marwah, yang terletak di dalam Masjidil Haram di Mekah.

Ritual ini merupakan simbol dari perjalanan yang dilakukan oleh Hajar, istri Nabi Ibrahim (AS), saat mencari air untuk putranya, Ismail.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi asal-usul, tata cara, makna spiritual, dan berbagai aspek menarik tentang sai yang menjadikannya bagian integral dari ibadah haji dan umrah.

Pengertian

Sai adalah salah satu ritual penting dalam ibadah haji dan umrah dalam agama Islam. Secara harfiah, sai berarti berlari atau berjalan dengan cepat di antara dua tempat tertentu.

Dalam konteks ibadah haji dan umrah, sai merujuk pada perjalanan berulang-ulang antara dua bukit kecil, yaitu Shafa dan Marwah, yang terletak di dalam Masjidil Haram di kota suci Mekah.

Sejarah dan Asal-Usul Sai

Ritual sai memiliki akar sejarah yang sangat dalam dalam tradisi Islam. Ceritanya bermula dari peristiwa yang terjadi ribuan tahun lalu ketika Nabi Ibrahim (AS) diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan istri dan putranya di lembah tandus Mekah.

Kisah Hajar dan Ismail

Setelah Nabi Ibrahim (AS) meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat yang kemudian dikenal sebagai Mekah, Hajar kehabisan air dan makanan.

Dalam kepanikan dan keputusasaan, dia berlari bolak-balik antara dua bukit, Shafa dan Marwah, sebanyak tujuh kali, mencari air untuk putranya yang kehausan.

Atas izin Allah, muncul mata air zamzam dari tempat Ismail menendang-nendang tanah dengan kakinya. Mata air ini memberikan kehidupan dan menjadi berkah bagi penduduk sekitar.

Pengukuhan dalam Ibadah Haji dan Umrah

Ritual sa’i diabadikan dalam ibadah haji dan umrah sebagai penghormatan terhadap ketabahan dan keimanan Hajar. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan bukit Shafa dan Marwah dalam Surah Al-Baqarah ayat 158:

“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”

Tata Cara Pelaksanaan Sa’i

Sa’i dilakukan setelah thawaf di sekitar Ka’bah. Berikut adalah langkah-langkah tata cara pelaksanaan sa’i:

1. Memulai dari Bukit Shafa

Sa’i dimulai dari bukit Shafa. Jamaah dianjurkan untuk berdiri menghadap Ka’bah, mengangkat tangan, dan membaca doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Salah satu doa yang sering dibaca adalah:

“Inna ash-shafa wal-marwata min sya’aairillah. Abda’u bimaa bada’allahu bihi.” (“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi’ar Allah. Aku memulai dengan apa yang Allah memulainya.”)

2. Berjalan Menuju Marwah

Setelah berdoa, jamaah mulai berjalan menuju bukit Marwah. Dalam perjalanan ini, jamaah disunnahkan untuk berdoa dan mengingat Allah. Di bagian tertentu antara Shafa dan Marwah, yang dikenal sebagai “Milain Akhdarain” atau “Lampu Hijau,” jamaah pria disunnahkan untuk berlari kecil.

3. Sampai di Bukit Marwah

Sesampainya di bukit Marwah, jamaah melakukan doa seperti yang dilakukan di Shafa. Ini menandai satu kali perjalanan. Setelah itu, jamaah kembali menuju Shafa dengan cara yang sama, mengulangi doa dan berlari kecil di tempat yang sama.

4. Mengulangi Tujuh Kali

Proses perjalanan bolak-balik ini dilakukan sebanyak tujuh kali, dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwah. Setiap perjalanan dihitung sekali, jadi total ada tujuh perjalanan (empat kali dari Shafa ke Marwah dan tiga kali dari Marwah ke Shafa).

Makna Spiritual Sa’i

Ritual sa’i memiliki makna spiritual yang mendalam dan mengajarkan beberapa nilai penting kepada umat Islam:

1. Kesabaran dan Ketabahan

Sa’i mengingatkan kita pada kesabaran dan ketabahan Hajar dalam menghadapi ujian. Meskipun dalam kondisi yang sangat sulit, Hajar tetap berusaha dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberikan jalan keluar. Ini mengajarkan kita untuk selalu bersabar dan tidak putus asa dalam menghadapi ujian hidup.

2. Kepasrahan kepada Allah

Hajar menunjukkan kepasrahan yang total kepada kehendak Allah. Dia percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan mereka meskipun dalam situasi yang tampaknya mustahil. Sa’i mengingatkan kita untuk selalu pasrah dan tawakal kepada Allah dalam setiap keadaan.

3. Kekuatan Doa

Dalam perjalanan sa’i, jamaah dianjurkan untuk berdoa dan mengingat Allah. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya doa sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya.

4. Solidaritas dan Persaudaraan

Ritual sa’i juga mengajarkan solidaritas dan persaudaraan di antara umat Islam. Saat melakukan sa’i, kita bergabung dengan jutaan jamaah dari seluruh dunia, yang semuanya datang dengan niat yang sama untuk menjalankan perintah Allah. Ini mengingatkan kita tentang persaudaraan universal dalam Islam.

Sa’i dalam Konteks Sejarah dan Budaya

Selain makna spiritual, sa’i juga memiliki konteks sejarah dan budaya yang menarik untuk dipelajari.

1. Transformasi Fisik Shafa dan Marwah

Bukit Shafa dan Marwah telah mengalami banyak perubahan fisik seiring berjalannya waktu. Dahulu, kedua bukit ini berada di luar Masjidil Haram dan terdiri dari bebatuan alami.

Namun, dengan perkembangan dan renovasi Masjidil Haram, kini Shafa dan Marwah berada di dalam bangunan masjid dengan area sa’i yang dilindungi oleh atap dan lantai marmer yang halus. Meski demikian, esensi dan semangat dari ritual sa’i tetap terjaga.

2. Peran Penting Zamzam

Mata air zamzam yang ditemukan oleh Hajar adalah simbol keajaiban dan berkah Allah. Air zamzam hingga kini mengalir tanpa henti dan menjadi bagian penting dari ibadah haji dan umrah.

Jamaah biasanya meminum air zamzam setelah melakukan sa’i sebagai simbol kesucian dan keberkahan.

3. Modernisasi dan Teknologi

Dengan semakin meningkatnya jumlah jamaah yang datang setiap tahun, pemerintah Arab Saudi telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan jamaah saat melakukan sa’i.

Teknologi modern, seperti sistem pendingin udara, eskalator, dan tanda petunjuk, telah diterapkan untuk membantu mengatur arus jamaah dan mengurangi kepadatan.

Studi Kasus: Pengalaman Sa’i dari Berbagai Perspektif

Untuk memberikan gambaran yang lebih hidup tentang sa’i, berikut adalah beberapa pengalaman jamaah dari berbagai perspektif:

1. Pengalaman Seorang Jamaah Pemula

Ahmad, seorang jamaah yang baru pertama kali melakukan ibadah haji, merasakan campuran antara kekaguman dan keharuan saat melakukan sa’i. “Ketika saya memulai sa’i dari Shafa, saya bisa merasakan betapa besar pengorbanan Hajar.

Setiap langkah yang saya ambil mengingatkan saya pada kekuatan iman dan ketabahannya. Itu adalah pengalaman yang sangat mendalam dan spiritual.”

2. Perspektif Seorang Jamaah Lansia

Fatimah, seorang jamaah lansia, merasakan dukungan yang luar biasa dari sesama jamaah dan petugas haji saat melakukan sa’i. “Meskipun usia saya sudah lanjut dan kondisi fisik tidak sekuat dulu, saya merasa tidak sendirian.

Banyak yang membantu saya, dan fasilitas modern sangat membantu. Ini adalah bukti nyata dari persaudaraan dalam Islam.”

3. Pandangan Seorang Petugas Haji

Ali, seorang petugas haji, melihat sa’i sebagai kesempatan untuk melayani dan membantu jamaah. “Sebagai petugas, tugas saya adalah memastikan bahwa semua jamaah dapat melakukan sa’i dengan lancar.

Melihat mereka menyelesaikan sa’i dengan penuh keikhlasan adalah kepuasan tersendiri bagi saya. Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari perjalanan spiritual mereka.”

Tantangan dan Solusi dalam Pelaksanaan Sa’i

Meskipun sa’i adalah ritual yang penuh makna, pelaksanaannya tidak lepas dari berbagai tantangan, terutama dengan semakin meningkatnya jumlah jamaah setiap tahunnya. Beberapa tantangan tersebut antara lain:

1. Kepadatan Jamaah

Jumlah jamaah yang sangat besar sering kali menyebabkan kepadatan di area sa’i, terutama pada musim haji.

Solusi yang diterapkan adalah memperluas area sa’i dan mengatur jadwal keberangkatan jamaah secara bergiliran untuk mengurangi kepadatan.

2. Kesehatan dan Keselamatan

Kesehatan dan keselamatan jamaah merupakan prioritas utama. Pemerintah Arab Saudi telah menyediakan fasilitas kesehatan di sepanjang jalur sa’i dan menempatkan petugas medis yang siap membantu jamaah yang mengalami masalah kesehatan.

3. Navigasi dan Arah

Dengan area yang luas dan banyaknya jamaah, navigasi dan arah bisa menjadi tantangan. Solusi yang diterapkan adalah pemasangan tanda petunjuk yang jelas, pengumuman dalam berbagai bahasa, dan penempatan petugas di titik-titik strategis untuk membantu jamaah.

Penutup

Sa’i adalah ritual yang menggabungkan sejarah, spiritualitas, dan solidaritas dalam satu perjalanan yang penuh makna.

Melalui sa’i, jamaah tidak hanya mengenang perjalanan Hajar yang penuh ketabahan dan keimanan, tetapi juga merasakan kebersamaan dan persaudaraan di antara umat Islam dari seluruh dunia.

Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna dan pelaksanaan sa’i, diharapkan setiap jamaah dapat menjalankan ritual ini dengan lebih khusyuk dan penuh makna, serta mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Baca juga artikel lainnya :